Kamis, 06 November 2014

KKPI KELAS MAYA


KELAS MAYA
Deskripsi

               Pembelajaran dengan memanfaatkan kelas maya (cyber class) merupakan sebuah upaya untuk mendorong pembelajaran yang dilaksanakan kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran dalam kelas maya bukanlah menggantikan pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan bersama guru Anda di kelas, tetapi dengan memanfaatkan kelas maya Anda akan mendapatkan tambahan atau pengayaan (enrichment) materi yang akan melengkapi pembelajaran konvensional. Dengan model pembelajaran seperti ini, Anda akan didorong untuk lebih aktif dan kreatif. Aktif dan kreatif mengandung pengertian bahwa dalam kelas maya Anda diharapkan untuk mencari, membaca, dan memahami materi dari berbagai sumber belajar digital, di samping untuk menyimpulkan, mencipta, dan berbagi baik pengetahuan yang telah Anda dapatkan maupun hasil karya yang telah Anda buat kepada kawan-kawan Anda. Anda juga diharapkan mampu untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok secara virtual.

Kegiatan Belajar 5: Memahami Kelas Maya – Perangkat Lunak Pendukung Kelas Maya

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa mampu :
 menjelaskan pemanfaatan kelas maya,
 mengidentifikasi jenis – jenis perangkat lunak pendukung kelas maya.

B. Uraian Materi
1. Pemanfaatan Kelas Maya Dalam pembelajaran, teknologi dapat dimanfaatkan untuk memperluas
jangkauan pembelajaran, meningkatkan kecepatan belajar, dan meningkatkan efisiensi pembelajaran.
Oleh karena itulah, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Ada enam potensi kunci dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam rangka revolusi pembelajaran.

a. Konektivitas - akses terhadap beraneka ragam informasi ‘tersedia’ dalam skala global.Selama Anda memanfaatkan koneksi internet, Anda akan mendapatkan informasi apapun yang tersedia dalam world wide web (www). Dalam mencari informasi, Anda juga tidak akan merasa kesulitan berkat bantuan mesin pencari seperti Google atau Bing.

b.Fleksibilitas – belajar dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja. Dengan cara belajar yang terjadwal dalam kelas yang Anda laksanakan selama ini (kelas konvensional), guru adalah sumber belajar utama bagi Anda. Akan tetapi dengan kelas konvensional yang diperkaya dengan TIK, Anda memiliki kebebasan dalam menentukan waktu yang tepat kapan Anda belajar dan tempat Anda belajar, selama Anda dapat menggunakan komputer dan mengakses internet.

c. Interaksi – evaluasi belajar dapat dilaksanakan seketika dan mandiri.Dengan memanfaatkan TIK, Anda dapat mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, maupun mengerjakan ujian di manapun dan kapanpun Anda inginkan. Dalam beberapa model ujian, Anda juga dimungkinkan untuk mendapatkan hasil penilaian maupun umpan balik secara otomatis, sehingga Anda tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui hasil penilaian ujian Anda.

d. Kolaborasi – penggunaan perangkat diskusi dapat mendukung pembelajaran kolaborasi di luar ruang kelas.

Dengan memanfaatkan internet, Anda telah berada dalam sebuah jaringan yang luas. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan perangkat diskusi melalui internet, Anda dapat berkomunikasi, berdiskusi, bertukar pendapat, baik mengenai sebuah ide, permasalahan, maupun solusi dengan rekan atau guru Anda. Dengan perangkat ini Anda juga dapat membuat kelompok belajar. Dalam kelompok ini Anda akan dapat berbagi ide maupun sumber belajar antarteman.

e. Peluang pengembangan – konten digital dapat terus-menerus dikembangkan sehingga
dapat memperkaya pembelajaran dalam kelas konvensional. Dalam kelas konvensional, Anda dan guru harus berada dalam ruangan yang sama. Akan tetapi dengan memanfaatkan TIK, guru Anda dapat memberikan instruksi dari tempat tertentu dan Anda tetap dapat mengikuti instruksi guru Anda tersebut walaupun Anda berada di tempat yang berbeda.

f. Motivasi – multimedia dapat membuat pembelajaran lebih menarik. Dengan TIK, Anda akan mendapatkan berbagai sumber belajar. Salah satu sumber belajar tersebut adalah video atau animasi yang menjelaskan konsep atau peristiwa tertentu. Dengan bantuan media ini, Anda akan mendapatkan ilustrasi/gambaran yang lebih nyata dan dapat meningkatkan minat Anda dalam belajar.
Lingkungan belajar yang mewadahi peran teknologi informasi untuk mendukung proses pembelajaran inilah yang disebut dengan e-learning. Derek Stockley (2003) mendefinisikan               e-learning sebagai penyampaian program pembelajaran, pelatihan, atau pendidikan dengan
menggunakan sarana elektronik. Senada dengan Stockley, dalam bukunya E-Learning – A
Guidebook of Principles, Procedures, and Practices, Som Naidu (2006) mendefinisikan e-
learning sebagai penggunaan secara sengaja jaringan TIK dalam proses belajar mengajar.
Selain e-learning, beberapa istilah juga digunakan untuk mendefinisikan model belajar
mengajar tersebut yaitu online learning, virtual learning, maupun network atau web-based
learning. Oleh karena itu, Anda tidak perlu bingung terhadap penggunaan berbagai istilah
tersebut.

E-learning dapat diselenggarakan dengan berbagai model (Rashty, 1999).

a. Model Adjunct.
Dalam model ini e-learning digunakan untuk menunjang sistem pembelajaran tatap muka di
kelas. Model ini dapat dikatakan sebagai model tradisional plus karena keberadaan e-learning
hanya sebagai pengayaan atau tambahan saja.

b. Model Mixed/Blended.
Model ini menempatkan e-learning menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran.
Misalnya pembelajaran teori dilaksanakan secara daring, sedangkan pembelajaran praktik
dilaksanakan secara tatap muka. Akan tetapi, Bersin (2004) berpendapat bahwa model blended
learning merupakan gabungan dari model adjunct dan mixed, sehingga sedikit atau banyak
porsi dari e-learning, dalam pembelajaran tatap muka, seluruh proses tersebut merupakan
blended learning.

c. Model Daring Penuh/Fully Online.
Dalam model ini e-learning digunakan untuk seluruh proses pembelajaran mulai dari
penyampaian bahan belajar, interaksi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Salah satu
contoh model ini adalah open course ware yang dikelola oleh Massachusetts Institut of
Technology (MIT) di laman http://ocw.mit.edu/index.htm, online course edx dengan berbagai
pembelajaran daring yang ditawarkan oleh berbagai universitas di dunia pada
https://www.edx.org/, pembelajaran daring (online course) yang dipelopori oleh Universitas
Harvard, Coursera di laman https://www.coursera.org/ , atau online course iversity yang dikelola
oleh berbagai universitas di Jerman di laman https://iversity.org/.
Dengan kata lain, e-learning dapat berfungsi sebagai

a. tambahan/pengayaan pembelajaran (supplement),
b. pengganti sebagian pembelajaran (complement), atau
c. pengganti seluruh pembelajaran (replacement) sesuai Gambar III.1. E-learning yang
dimaksud dalam konteks Simulasi Digital pada SMK adalah e-learning sebagai supplement.

Dalam pembelajaran yang memanfaatkan e-learning dibutuhkan berbagai komponen
pendukung yaitu:

a. Perangkat keras (hardware): komputer, laptop, netbook, maupun tablet.
b. Perangkat lunak (software): Learning Management System (LMS), Learning Content
Management System (LCMS), Social Learning Network (SLN).
c. Infrastruktur: Jaringan intranet maupun internet.
d. Konten pembelajaran.
e. Strategi interaksi/komunikasi pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran.

Dalam rangka membedakannya dengan kelas konvensional, sebuah kelas dalam lingkungan belajar berbasis TIK dikenal pula dengan istilah kelas maya (cyber class). Dalam kelas maya, e-learning dimanfaatkan sebagai upaya untuk melengkapi pembelajaran dalam rangka memperkaya materi
yang diajarkan dalam kelas konvensional. Model pembelajaran yang menggabungkan antara proses belajar mengajar dalam kelas konvensional dengan kelas maya. Inilah yang kemudian disebut blended learning. Lebih lengkapnya lagi, Josh Bersin (2004) dalam bukunya The Blended Learning Book, menyatakan definisi blended

learning adalah kombinasi dari berbagai ‘media’ belajar (teknologi maupun aktivitas) untuk
menciptakan pembelajaran yang optimal bagi siswa. Istilah ‘blended’ menyatakan bahwa
pembelajaran konvensional yang dilaksanakan oleh guru dalam kelas, diperkaya dengan
berbagai sumber digital.

2. Jenis-Jenis Perangkat Lunak Pendukung Kelas Maya
Dalam rangka mendukung kelas maya dimanfaatkanlah berbagai perangkat
lunak/aplikasi/sistem yang pada umumnya berbasis web. Secara umum dikenal dua jenis
aplikasi yaitu aplikasi Learning Management System (LMS) dan Learning Content Management
System (LCMS). Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, seiring meluasnya
pemanfaatan Social Network (SN) khususnya Facebook, muncullah aplikasi Social Learning
Network (SLN) sebagai salah satu alternatif bentuk kelas maya.

a. Learning Management System (LMS)
Menurut Courts dan Tucker (2012), LMS adalah aplikasi yang digunakan untuk mengelola
pembelajaran, mengirimkan konten (content delivery system), dan melacak aktivitas daring
seperti memastikan kehadiran dalam kelas maya, memastikan waktu pengumpulan tugas, dan
melacak hasil pencapaian siswa. Sedangkan menurut Kerschenbaum (2009) dalam LMS
Selection Best Practices, LMS adalah sebuah aplikasi yang berfungsi mengadministrasikan
secara otomatis berbagai kegiatan pembelajaran. Guru dapat menggunakan aplikasi ini untuk
berbagi sumber belajar, berinteraksi, dan berdiskusi dengan siswa, menyampaikan
pengumuman, memberi tugas maupun ujian, serta memberikan penilaian, sedangkan siswa
dapat membaca materi belajar, menjawab pertanyaan, berdiskusi, serta mengirimkan tugas dan
menjawab soal-soal ujian. Contoh dari LMS antara lain; Moodle, Dokeos, aTutor.

b. Learning Content Management System (LCMS)
Menurut Kerschenbaum (2009), LCMS adalah sebuah aplikasi yang digunakan oleh pemilik
konten untuk mendaftar (register), menyimpan (store), menggabungkan (assembly), mengelola
(manage), dan memublikasikan (publish) konten pembelajaran untuk penyampaian melalui web,
bentuk cetak, maupun CD. Secara lebih rinci, LCMS adalah sebuah aplikasi untuk mengelola
konten pembelajaran. LCMS tidak hanya dapat membuat, mengelola, dan menyediakan modul-
modul pembelajaran, tetapi juga mengelola dan menyunting (edit) semua bagian yang
membentuk sebuah katalog. Contoh dari LCMS antara lain; Claroline, e-doceo solutions.
c. LMS vs LCMS
Perbedaan utama dari LMS dan LCMS adalah LMS merupakan media interaksi antara siswa
dan guru, sedangkan LCMS adalah media yang digunakan oleh penulis konten maupun
perusahaan penerbit konten.

d. Social Learning Network/s (SLN/SLNs)
LMS dan LCMS merupakan perangkat lunak yang telah banyak digunakan dan terbukti handal
dalam penerapan sistem e-learning. Akan tetapi sistem ini juga memiliki beberapa kelemahan.
Salah satu kelemahannya adalah sebagian besar dari sistem ini kurang memperhatikan daya
suai (adaptability), fleksibilitas, dan hubungan sosial. Bahkan pada sebagian kasus, fitur-fitur
kolaborasi dan fitur analisis hubungan sosial dinonaktifkan yang menyebabkan pengelola
sistem tidak dapat mengetahui hal-hal yang sedang dikerjakan oleh komunitasnya. Oleh karena
itu, dalam perkembangan teknologi saat ini, konsep hubungan sosial dan kepedulian sosial
mulai diterapkan dan memberikan pengaruh yang berarti terhadap kolaborasi dan
pembelajaran. Dengan adaptasi konsep ini dalam teknologi, siswa dapat berkolaborasi,
meningkatkan kemampuan kognitif, dan keterampilan sosialnya. Oleh karena itu, muncullah
paradigma baru dalam belajar yang disebut CSSL (Computer Supported Social Learning). Di
dalamnya terdapat konsep Social Learning Network yang bertujuan untuk mendorong

penggunanya memiliki pengalaman baru dalam belajar menggunakan jejaring sosial (Social
Network) yang telah dilengkapi dengan konsep kepedulian sosial (Halimi, 2011).
Jejaring sosial atau social network (SN) adalah ‘sebuah jejaring’ yang memuat interaksi sosial
dan hubungan interpersonal. Secara lebih rinci, SN adalah sebuah aplikasi atau laman yang
memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi satu sama lain dengan cara saling bertukar
informasi, komentar, pesan, gambar, maupun audio-video. Dalam Social Network Sites (SNS)
seperti Facebook atau Twitter, pengguna difasilitasi untuk melakukan interaksi, komunikasi, dan
kolaborasi (Greenhow, Robelia, & Hughes, 2009). Dengan kata lain, mekanisme bersosialisasi
melalui jaringan ini telah terbukti dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan memfasilitasi
komunikasi nonverbal melalui media seperti audio-video maupun gambar. Dengan
berkomunikasi melalui media ini, interaksi interpersonal menjadi lebih dekat. Oleh karena itu,
berdasarkan kelebihan inilah berbagai situs jejaring sosial didorong untuk dimanfaatkan dalam
pembelajaran (Huang, 2010).
Social learning network (SLN) atau Jejaring Sosial untuk Pembelajaran, menurut Kordesh
(2000) merujuk pada koneksi interpersonal melalui interaksi dengan tujuan utama untuk
pengembangan pengetahuan. Secara lebih rinci, SLN merujuk pada beberapa fenomena.
Penggunaan Social Network (SN) untuk pembelajaran dalam pendidikan formal.
Penggunaan SN oleh para pelajar dalam sebuah kolaborasi/diskusi yang dilaksanakan
secara informal.
Penggunaan laman yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran melalui jejaring
sosial (Social Learning Network atau SLN).
Penggunaan SLN yang secara khusus dikembangkan sendiri oleh guru.

Sekian pembahasan saya mengenai KKPI semoga dapat di pahami dan bermanfaat bagi para pembaca, saya mohon maaf jika ada kesalahan dan terus kunjungi blog saya, Insya Allah dapat menambah wawasan teman teman semua, Terimakasih.. ;-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar